Sharma mengatakan hanya 10 persen responden yang mengatakan politik uang pada pemilu tahun ini lebih sedikit ketimbang pada Pemilu 2009. Sedangkan yang menyatakan sama saja 26 persen. Sisanya tidak berpendapat. (Baca: Bawaslu: Caleg Lolos ke Senayan Main Politik Uang)
Ihwal bentuk-bentuk politik uang, kata Sharma, 15 persen responden menyatakan ditawari uang untuk ditukar dengan suara dan 5 persen mengenal pembeli suara itu. Lalu 29 persen responden menuturkan politik uang dipraktekkan dengan membantu pembangunan berbagai macam fasilitas. Dalam kasus-kasus tersebut, 44 persen responden melaporkan bahwa mereka memilih calon legislator yang member mereka fasilitas. (Baca: Terlibat Politik Uang Caleg Demokrat Diadili )
"Responden agak enggan mengakui bahwa mereka juga terlibat di kegiatan ilegal dan tidak etis ini," ujar Sharma. Dia mengatakan kecurangan pemilu ini harus menjadi perhatian utama penyelenggara pemilu ketika menggelar pemilihan presiden 9 Juli mendatang.
Survei IFES dilakukan pada 1-10 Juni 2014 untuk melihat kepuasan masyarakat terhadap pemilihan legislator April lalu. Sampel untuk survei ini adalah 2.009 responden yang tersebar di 33 provinsi. Tingkat kesalahan atau margin of error dalam survei ini kurang-lebih 2,2 persen.
0 comments :
Posting Komentar