Persoalan kemacetan sudah menjadi penyakit kronis di ibu kota DKI Jakarta. Beragam cara dilakukan pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mengurai kemacetan. Namun hingga saat ini belum ada strategi jitu solusi kemacetan.
Salah satu penyebab tingginya angka kemacetan adalah penggunaan kendaraan pribadi. Pengembangan sistem transportasi terus dilakukan sebagai upaya menekan penggunaan kendaraan pribadi.
Ahli Transportasi dari ITB, Prof Ofyar Z. Tamin mengatakan, jika kondisi ini terus dibiarkan bukan mustahil beberapa tahun lagi, di Jakarta jalan kaki akan lebih cepat dari naik mobil.
"Kalau dibiarkan 2020 itu jaringan jalan seluruh kota Jakarta bisa hanya bergerak 5 Km per jam. Padahal dalam perencanaan kota 40 Km per jam - 60 Km per jam. Pada pick hour (jam sibuk) jalan kaki lebih cepat dari mobil di Jakarta," ucap Ofyar dalam seminar EST Indonesia di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Kamis (26/6).
Kondisi seperti ini juga berpotensi membahayakan kesehatan. Mulai dari polusi yang bertambah hingga penyakit stress. "Saya yakin 20 tahun umur anda habis di mobil. Biaya nilai waktu yang terbuang. Kita kerugian waktu setiap hari. Kecepatan rendah menjadi polusi tinggi dan kerusakan lingkungan dan mengakibatkan penyakit melalui hidung dan stres," tegasnya.
Ofyar melihat, faktor tingginya tingkat urbanisasi ikut berperan menjadikan beban Jakarta semakin berat. Dia menyebut pada 2025, 65 persen penduduk akan tinggal di perkotaan.
"Saya harap dalam diskusi seminar ini kita akan mencarikan jalan keluar ini semua. Jangan sampai 2020 itu jaringan jalan seluruh kota Jakarta bergerak hanya 5 Km per jam," tutupnya.
0 comments :
Posting Komentar